Selasa, Februari 09, 2010

Berbadan Gemuk Lebih Cepat Pikun

Anda sering lupa untuk membawa dokumen penting saat akan menghadiri rapat kerja? Atau lupa dimana meletakkan kunci mobil Anda padahal saat itu Anda sangat dikejar-kejar oleh waktu? Atau mungkin melupakan janji-janji penting yang sudah Anda sepakati sebelumnya? Dewasa ini mungkin banyak orang yang mengeluh karena pernah mengalami hal serupa dengan kejadian-kejadian di atas dan sejenisnya.
Terkadang lupa akan sesuatu yang kecil tidak akan meresahkan, tetapi bila terjadinya berulang-ulang atau terkait dengan kelupaan yang serius tentunya masalah ini sering meresahkan.
Di dalam masyarakat, lupa atau pikun adalah suatu fenomena alamiah yang terjadi karena faktor menambahnya usia atau penuaan. Akan tetapi, bagaimana jika hal tersebut terjadi pada orang-orang yang berusia muda dan masih tergolong usia produktif?
Ada banyak faktor yang menyebabkan kepikunan dan pada sebagian kasus, si penderita kepikunan tidak menyadari apa yang menyebabkan kepikunan tersebut. Stres dapat menjadikan seseorang mudah mengalami kepikunan. Menurut Zevan Khachanurian dari The National Institute of Aging, Los Angeles, Amerika Serikat, sel-sel di hippocampus (bagian otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras pada kondisi stres. Akibatnya, otak menjadi lelah dan mudah rusak. Tidak seperti sel-sel tubuh lainnya, sel otak yang rusak tidak bisa diganti.
Teknologi canggih yang kian marak bermunculan, biasanya membuat orang malas memakai otaknya dengan maksimal untuk berpikir lebih dalam lagi. Fenomena seperti ini memang tampak sepele, apalagi jika hidup di mana kecanggihan teknologi adalah segalanya. Namun bila otak tak digunakan secara maksimal, jangan menyalahkan orang lain jika suatu hari daya ingat Anda semakin menurun.
Selain itu, gaya hidup dan pola makan yang tidak tepat juga merupakan faktor yang mengakibatkan menurunnya kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal.
Kebiasaan kita yang sering mengkonsumsi makanan instan maupun makanan cepat saji tanpa kita sadari dapat mempengaruhi kondisi tubuh kita. Peningkatan berat badan dan kolesterol yang tidak terkontrol merupakan salah satu dampaknya.
Berat badan yang berlebih tidak hanya membuat kita minder tetapi juga dapat mengakibatkan tertumpuknya penyakit dalam tubuh kita. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa orang yang mempunyai berat badan berlebih tidak hanya beresiko menderita penyakit jantung, stroke, dan kencing manis tetapi juga dapat mengakibatkan penyakit pikun.
Kandungan kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan penyumbatan pada darah. Akibatnya, sirkulasi darah ke otak mengalami proses degeneratif, yaitu mundurnya beberapa bagian dalam otak dalam jangka waktu panjang sehingga mempengaruhi fungsi dari memori tersebut.
Umumnya, jika indikasi dari kepikunan seseorang tersebut memang disebabkan oleh proses degeneratif pada otak, ini berarti orang tersebut juga mengalami gangguan peredaran darah. Akibatnya, ada bagian-bagian tertentu pada otak mengalami kekurangan darah sehingga fungsi otak pun kian menurun.
Layaknya simulasi yang berkaitan, ketika proses peletakkan memori tak berjalan lancar, kemampuan otak untuk mengingat pun jadi semakin berkurang kapasitasnya.
Resiko mengalami kepikunan dapat diminimalisir dari keinginan kita untuk merubah pola hidup.
Konsumsi makanan yang bergizi dan lakukan olahraga secara rutin. Semoga kepikunan tidak menghampiri kita.

Laporan praktikum Besi

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar besi yang berada dalam sampel air dengan menggukan metode AAS.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan manusia dan dapat diperoleh dari air yang kita minum. Namun, air minum yang mengandung kadar besi yang berlebihan berpengaruh terhadap nilai estetika (warna, endapan dan rasa) dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Persyaratan kadar besi dalam air minum dianjurkan tidak lebih dari 0,3 mg/l dan peruntukan perairan yang digunakan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar besi yang tidak lebih dari 20 mg/l (Setyorini,2007).
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro(Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan electron. Proses oksidasi dan reduksi besi melibatkan oksigen dan hidrogen. Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukan dalam persamaan:
Fe2+ Fe3+ + e-
Proses oksidasi dan reduksi besi biasanya melibatkan bakteri sebagai mediator. Bakteri kemosintesis thiobacillus dan ferrobacillus memiliki sistem enzim yang dapat mentransfer electron dari ion ferro kepada oksigen. Transfer elektron ini megasilkan ion ferri, air, dan energi bebas yang digunakan untuk sintesis bahan organik dari karbondioksida. Bakteri kemosintesis bekerja secara optimum pada pH rendah (sekitar 5). Metabolisme bakteri desulfovibrio menghasilkan H2SO4 yang dapat melarutkan besi(ferri) (Effendi,2003).
Pada pH 7,5 dan 7.7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap (presipitasi) di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu besi hanya ditemukan pada perairan yang berada pada kondisi aerob (anoksik) dan suasana asam. Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2, Fe(HCO)3, dan Fe(SO)4. pada perairan yang diperuntukan bagi keperluan domestik, penegndapan ion ferri dapat mengakibatkan warna kemerahan pada porselin, bakmandi, pipa air dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan menurunnya pH. Sumber besi dialam adalah pirit (FeS2), hematile (Fe2O3), magnetile (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite ( HFeO2), dan Orche [FeO(OH)3]. Senyawa besi pad a umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak terdapat dalam tanah. Kadang-kadang besi juga tersdapat sebagi senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air (Effendi,2003).
Untuk menentukan kadar besi dalam air dapat digunakan dua metode yaitu:
a. Metode AAS
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan.AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik (Haryanto,2009).
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi(Anonim1,2009).
Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Haryanto,2009)
b. Metode Phenantroline
Prinsip pengukuran besi dengan menggunakan metode phenantroline adalah besi didalam air direduksi dengan hidroksilamin membentuk Fe2+, selanjutnya ion ferro tersebut direaksikan dengan senyawa 1,10- phenantroline membentuk senyawa komplek yang berwarna merah (Anonim2).

III. ALAT dan BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi labu ukur, pipet volumetric, Erlenmeyer, gelas beaker,botol film,
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi Larutan standar besi 10 mg/l, aquadest, sampel air.

IV. CARA KERJA
A. Pengenceran Larutan
• Pengenceran Fe 1 ppm
1. Mengambil 2 ml larutan Fe 10 ppm
2. Memasukkan ke dalam botol film
3. Memasukkan 18 ml akuades
• Pengenceran Fe 2 ppm
1. Mengambil 4 ml larutan Fe 10 ppm
2. Memasukkan ke dalam botol film
3. Memasukkan 16 ml akuades
• Pengenceran Fe 3 ppm
1. Mengambil 6 ml larutan Fe 10 ppm
2. Memasukkan ke dalam botol film
3. Memasukkan 14 ml akuades
• Pengenceran Fe 4 ppm
1. Mengambil 8 ml larutan Fe 10 ppm
2. Memasukkan ke dalam botol film
3. Memasukkan 12 ml akuades
• Pengenceran Fe 5 ppm
1. Mengambil 10 ml larutan Fe 10 ppm
2. Memasukkan ke dalam botol film
3. Memasukkan 10 ml akuades
B. Pengukuran Absorbans Larutan Standar Fe
1. Menyiapkan larutan standar Fe dalam 1,2,3,4 an 5 ppm
2. Mengukur absorbansi masing masing larutan mnegunakan AAS
C. Pengukuran Absorbans Larutan Sampel
1. Menyiapakan 4 sampel air yang terdiri dari sampel air Cempaka, air sumur Sei. Ulin, air sumur Intan Sari dan air sumur Loktabat.
2. Mengukur absorbansi masing-masing sampel dengan AAS

Laporan Praktikum KloRida

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan Klorida suatu zat cair dengan menggunakan larutan AgNO3 dan NaCl dengan indikator K2CrO4 10 %.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam klorida (HCl) mengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, yang disebut Natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl. Klorida dalam senyawa kimia, satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah asam klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu atau organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), sering disebut metil klorid (Panjaitan, 2009).
Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan. Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan. Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteria, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan (Jatilaksono, 2009).
Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Putranto, 2009).
Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida. Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia (Alaerts dan Ir. S. Sumetri, 1998).
Dalam jumlah kecil, mereka tidak berpengaruh. Dalam konsentrasi tinggi, mereka menyebabkan masalah. Biasanya konsentrasi klorida rendah. Sulfat dapat lebih bermasalah karena sulfat ada dalam konsentrasi yang lebih besar. Kadar rendah atau menengah dari kedua senyawa ion tersebut menambah rasa segar ada air. Pada kenyataannya, mereka dibutuhkan karena alasan ini. Jumlah konsentrasi yang berlebihan dari keduanya tentu akan membuat air jadi tidak enak diminum (Anonim1, 2008).
Konsentrasi klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah, sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai. Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat klorida yang tinggi. Untuk menentukan atau mengukur jumlah (kadar) klorida dalam air, dapat digunakan metode berikut ini.



a. Mercurie Nitrate Method (metode HgNO3)
Menentukan banyak sedikitnya kandungan klorida dengan perbandingan Mohr method (metode Mohr). Pada metode ini, indikator digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan ion Hg2+.
Hg2+ + 2Cl-  HgCl2 (K = 2,6 x 10-15)
b. Mohr Method (Argentometric)
Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan dari pada metode HgNO3. Metode Mohr ini menggunakan AgNO3 sebagai zat pentitrasi dan menganjurkan menggunakan metode standar. Dalam proses titrasi ion klorida akan terbentuk klorida dengan lapisan endapan putih perak.
Ag+ + Cl-  AgCl (Ksp = 3 x 10-10)
Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan adanya ion Ag+ adalah potassium chromate. Indikator ini akan mengubah warna putih perak menjadi endapan merah bata.
2Ag+ + CrO42-  Ag2CrO4 (Ksp = 5 x 102-) (Hanief, 2009).
Klorida dan sulfat dapat dihilangkan dari air dengan Reverse Osmosis. Deionisasi (demineralisasi) atau destilasi juga akan menghilangkan klorida dan sulfat dari dalam air, tetapi metode ini tidak cocok untuk perumahan dibanding reverse osmosis (Anonim2, 2008).

III. ALAT dan BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah Buret, Labu ukur, Erlenmeyer, Statif, Corong, Pipet tetes, Neraca analitik, Gelas beaker, Gelas ukur.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel air, larutan AgNO3 1/3,45 N, larutan standar NaCl, larutan K2CrO4 10%, asam nitrat pekat ( HNO3), akuadest.


IV. CARA KERJA
A. Standarisasi larutan AgNO3
1. Memipet 10 ml larutan standar NaCl 0,1 N
2. Memasukkan kedalam labu erlenmeyer
3. Menambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat
4. Menambahkan 3-5 tetes larutan indikator K2CrO4 10 %
5. Mentitrasi denganlarutan AgNO3 1/35,45 N hingga terjadi endapan
6. Mencatat ml AgNO3 yang digunakan.
B. Konsentrasi klorida pada sampel air
1. Mengambil 100 ml sampel air
2. Memasukkan kedalam labu erlenmeyer
3. Menambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat
4. Menambahkan 3-5 tetes larutan indikator K2CrO4 10 %
5. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N hingga terjadi endapan
6. Mencatat ml AgNO3 yang digunakan

Kamis, Maret 19, 2009

Mekanisme Masuknya Air Lindi Ke Air Tanah

Mekanisme masuknya air lindi masuk ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut :

1. Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah.

2. Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air.

3. Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah.

4. Lalu akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh.

5. Dan di lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana di air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.

Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih tertentu. Potensi gravitasi menggambarkan banyaknya tenaga yang harus dikeluarkan untuk menggerakkan air dari sumber tertentu pada elevasi rendah ke suatu tempat pada elevasi yang lebih tinggi dalam tanah.

Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang merupakan gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah basah ke tanah kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air lindi dalam tanah terjadi seperti suatu cairan mengalir di dalam tanah-tanah jenuh air. Pada semua kasus gerakan air dikendalikan oleh laju aliran air yang diketahui sebagai konduktivitas hidrolik tanah dan juga oleh gaya-gaya yang mengendalikannya.

Pada aliran jenuh, semua ruang pori terisi penuh oleh air, air tersebut bergerak dengan cepat melalui pori yang lebih besar. Potensi gravitasi merupakan gaya utama yang besar yang mengakibatka aliran. Aliran jenuh selalu berada dalam tanah yang jenuh dan semua pori terisi penuh air.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI AIR LINDI MASUK KEDALAM AIR TANAH

Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke air tanah adalah kondisi curah hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan memengaruhi kuantitas dan kualitas lindi. TPA yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola operasional TPA. Semekin banyaknya lindi, maka semakin berpotensi untuk masuk ke dalam air tanah dan mencemari sumur.

Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewanya teksture merupakan perbandingan relatif pasir,debu,dan liat. Tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah, sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butir-butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.

Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh. Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya pencemaran terhadap sumur kita. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama.

Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka potensi semakin tercemarnya dengan lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya. Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah. Faktor-faktor di atas memberikan kontribusi terhadap tercemar atau tidaknya sumur kita.

Sabtu, Maret 14, 2009

Pergerakan Air Tanah

Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Kata ”tanah” seperti banyak kata umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang keliatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata tersebut, dan perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang menganggap tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanam-tanaman yang memaso pangan, serat, obat-obatan, dan berbagai keperluan lain manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang limbah.

Tanah menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air dalam, atau pada lapisan es terbuka suatu glester. Dalam pengertian ini, tanah memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman.
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).

Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. gambar di bawah adalah gambar faktor pembentuk tanah.



- Tanah itu terbentuk dan berkembang dari proses-proses alami - Adanya diferensiasi profil tanah membentuk horizon-horizon
- Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-horizon tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimiafi, fisik dam biologinya.
Gambar di bawah adalah gambar tingkat-tingkat perkembangan tanah.

Batas atas dari tanah adalah batas antara tanah dan udara, air dangkal, tumbuhan hidup atau bahan tumbuhan yang belum mulai terlapuk. Wilayah yang diannggap tidak mempunyai tanah, apabila permukaan secara permanen tertutup oleh air yang terlalui dalam (secara tipikal lebih dari 2.5 m) untuk pertumbuhan tanam-tanaman berakar. Batas horizontal tanah adalah wilayah dimana tanah berangsur beralih kedalam, area-area tandus, batuan atau es. Batas bawah yang memisahkan dari bahan bukan tanah yang terletak dibawahnya, adalah yang paling sulit ditetapkan. Tanah tersusun dari horizon-horizon dekat permukaan bumi yang berbeda kontras tehadap bahan induk di bawahnya, telah mengalamiperubahan interaksi antara iklim, relief dan jasad hidup selama waktu pembentukannya.

Lapisan di dalam bumi yang dengan mudah dapat membawa atau menghantar air disebut lapisan pembawa air, pengantar air atau akufir. Yang biasanya dapat merupakan penghantar yang baik ialah lapisan pasir dan kerikil, atau di daerah tertentu, lava dan batu gampiul.
Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah itu berlangsung akibat curah hujan, yang sebagian meresap kedalam tanah. Bergantung pada jenis tanah dan batuan yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap kedalam bumi dalam jumlah besar atau kecil. Ada tanah yang jarang dan ada tanah yang kedap.Kesarangan (porositip) tidak lain ialah jumlah ruang kosong dalam bahan tanah atau batuan. Orang menyatakannya dalam persen bahan yang dengan mudah dapat dilalaui air disebut lulus. Kelulusan tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air. Pasir misalnya, adalah bahan yang lulus air melewati pasir kasar dengan kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng, angka ini lebih kecil, tetapi dalam kerikil lebih besar.

Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan
(Model aliran airtanah melewati rekahan dan butir batuan)

Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akifer. Air tanah akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.

Proses pergerakan air tanah sangat penting karena dengan pergerakan air ini kita dapat mengetahui suatu daerah tersebut mempunyai banyak akan air tanah atau tidak. Pergerakan air tanaha tersebut dipengaruhi oleh tekstur tanah,partikel tanah,dll, Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan airtanah (discharge zone).

Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya.

Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
Airtanah bebas(water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal. Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis (artesian well).

Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif ; kejadian dimana potensial airtanah ini berada diatas permukaan tanah sehingga airtanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif ; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka airtanah akan berada di bawah permukaan tanah.

Krisis Air di Indonesia

Air adalah zat paling esensial dalam kehidupan, hingga kini diperkirakan masih terus terancam krisis. Di satu pihak ketersediaan makin terbatas, bahkan di beberapa daerah sudah dapat dikategorikan kritis. Di lain pihak kebutuhan manusia akan zat tersebut terus bertambah. Menghadapi ketidak seimbangan tersebut, maka sumber daya air wajib dikelola lebih baik, dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. “Dengan pengelolaan seperti sekarang ini, potensi air di Pulau Jawa terus menyusut hingga tinggal hanya sepertiganya saja kini.

Oleh karena itu bila kita tidak memperhatikan masalah ini, maka 15 tahun ke depan kita akan mengalami krisis air, Perhitungan ini menurutnya sangat masuk akal, mengingat pada tahun 1930, Pulau Jawa masih mampu memasok 4.700 meter kubik per kapita per tahun. Namun, saat ini total potensinya tinggal sepertiga atau sekitar 1.500 meter kubik per kapita per tahun saja. Jadi kalau kita berpegang pada perhitungan ini, diperkirakan tahun 2020 total potensi air akan menjadi berkurang hingga 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Dan kalau diperhitungkan secara kelayakan ekonomi air, yang hanya 35 persen saja yang layak pakai. Berarti potensi aktual air kita hanya tinggal 400 meter kubik per kapita per tahun. “Ini jauh di bawah standar PBB, yaitu 1.100 meter kubik per kapita per tahun,”.

Sumber-sumber air bersih ini biasanya terganggu akibat penggunaan dan penyalahgunaan sumber air seperti:

1. Pertanian. Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah

2. Industri. Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.

3. Eksploitasi sumber-sumber air secara masal oleh rumah tangga.

4. Dan yang terakhir adalah masalah rendahnya partisipasi masyarakat mengenai hal tersebut.

Penanganan Krisis Air

Solusi yang dikampanyekan untuk mengatasi krisis air adalah implementasi teknologi, seperti dam dan pembuatan pipa saluran air. Solusi ini menjadi fokus dalam Forum Kyoto yang membuat sejumlah delegasi kritis merasa dipecundangi. Bagi kelompok ini, teknologi dam dan pipanisasi hanya solusi instan untuk menangani krisis air. Dalam jangka pendek, solusi tersebut mungkin bermanfaat, tapi tidak dalam jangka panjang. Pembuatan dam dipastikan akan membawa serentetan masalah yang tak kalah rumit.

Upaya menghambat laju deforestasi hutan, perbaikan ekosistem dengan mengeksploitasi kearifan lokal –pertanian polikultur, menanam tanaman yang tidak boros air adalah beberapa di antaranya— bisa menjadi solusi mengatasi kelangkaan air bersih. Hal lain yang bisa dilakukan adalah mengubah pola produksi dan konsumsi. Membuat peraturan tegas tentang pengolahan limbah, menjalankan seleksi terhadap izin HPH, menindak tegas para pelaku penebangan hutan alam, membatasi kepemilikan kendaraan pribadi,mencari alternatif bahan bakar fosil, dan sebagainya.

Banyak cara yang masih bisa dilakukan untuk menangani krisis air yang jauh lebih menyentuh akar permasalahan, dibandingkan sekadar memberikan solusi instan yang justru memperuncing perseteruan lama, utara-selatan dan kaya-miskin. Jika konsumsi dimaknai sebagai upaya untuk bertahan hidup, bukan untuk meraup keuntungan ekonomi, maka air sebenarnya cukup untuk setiap orang.

Jumat, Maret 13, 2009

Bakteri Streptomyces Griseus


Klasifikasi Ilmiah

Domain : Bakteri

Phylum : Actinobacteria

Orde : Actinomycetales

Famili : Streptomycetaseae

Genus : Streptomyces

Spesies : S.Griseus


A.Genus Streptomyces griseus

Streptomyces merupakan genus terbesar dari Actinobacteria dan merupakan genus dari keluarga streptopmycetaceae. Bakteri ini termasuk kedalam gram positif dengan tinggi GC konten.

B.Fisiologi dan Morfologi

S.griseus merupakan jenis alkaliphilic, organisme ini dapat tumbuh diberbagai pH( 5- 11), tetapi pertumbuhan optimal dari bakteri ini ada pada temperature 25-35 C dan pada pH 9. S.griseus mempunyai peptinogen yang tebal, lipid, Spura rantai yang Reflexible,Memiliki spora pada subtract mycelium,Sebagai pemanfaatan garam sitrat, Dan dapat memproduksi obat anti kanker Streptocin.

C. Taksonomi

Spesies ini pertamakali ditemukan oleh waksman dan Henrici pada tahun 1984. S.griseus memiliki GC konten yang tinggi di genomnya dengan rata-rata tinggi 72,2 %. Taksonomi dari S. griseus bermula dari rumitnya sistematika mikroba yang ada pada S.griseus. S.griseus memiliki rRNA 16S, rRNA 16 ini yang digunakan untuk mengenali jenis bakteri tersebut.

C. Peranan Bagi Lingkungan

Pada tahun 1944 Waksman mengisolasi antibiotik baru dari Streptomyces griseus. Streptomyces griseus merupakan bakteri yang dapat menghasilkan streptomisin dan S.fradiae menghasilkan antibiotic neomisin. obat ini mempunyai efek anti tuberkulosis pada binatang percobaan dan kemudian digunakan sebagai Obat Anti Tuberkulosis yang pertama pada manusia. Selain menghasilkan streptomisin dan S.fradiae bakteri ini juga menghasilkan enzim proteoliti yang dimana enzim ini dapat digunakan untuk penyamak kulit, penyamakan merupakan proses untuk mengubah kulit hewan(sapi, kambing) menjadi kulit yang lembut sehingga dapat di gunakan untuk membuat sepatu dan tas.

Streptomycetes merupakan peranan penting dalam proses penguraian dari bahan organik terutama dalam hal pengomposan. Beberapa spesies dari streptomyces terlibat dalam sebuah hubungan simbiotik dengan genus attini ants. Attini ants merupakan bakteri yang berfungsi sebagai perkembangbiakan jamur dengan bakteri ini maka akan mempermudah untuk mengembiakan jamur. Sedangkan fungsi dari streptomyces adalah untuk memproduksi toxin yang digunkan untuk memlihara agar jamur tesebut tidak ditumbuhi rumput